Jumat, 10 April 2015
MISI GEREJA
A. Memuliakan Tuhan
Apakah sesungguhnya yang dimaksud dengan “memuliakan Tuhan”? Pertanyaan ini menjadi penting, sebab pada kenyataannya banyak orang Kristen yang merasa telah memuliakan Allah sebenarnya belum memuliakan-Nya sebagaimana mestinya sesuai kehendak Allah. Kata “memuliakan” berasal dari akar kata “mulia” yang artinya “tinggi (kedudukan, pangkat, martabat), luhur, terhormat, agung”. “Memuliakan” berarti “menghormati, sangat menghargai, menjunjung tinggi, memandang luhur”. Dalam bahasa Yunani, kata ini ditulis δόξα (dóksa),[1] Dalam kata-kata tersebut terkandung unsur yang memberi nilai atau bobot sesuatu, sebab juga dapat diterjemahkan sebagai “kecemerlangan”. Jadi memuliakan Allah berarti mengakui bahwa Allah adalah pribadi yang sepenuh-penuhnya pantas menerima apa yang diucapkan tentang Dia sebagai pernyataan sujud dan hormat. Dari Mat. 15:8 dapat kita peroleh satu kebenaran bahwa memuliakan Allah bukanlah hal yang hanya menyangkut soal bibir atau lidah seperti anggapan banyak orang selama ini. Dengan tegas Tuhan Yesus mengutip Yes. 29:13, “Oleh karena bangsa ini datang mendekat dengan mulutnya dan memuliakan Aku dengan bibirnya, padahal hatinya menjauh dari pada-Ku, dan ibadahnya kepada-Ku hanyalah perintah manusia yang dihafalkan.” Bila cara kita memuliakan Tuhan seperti ini, maka kehidupan ibadah kita sama rendah nilainya dengan kehidupan ibadah agama-agama lain: yang penting formalitas, yang penting liturgi, yang penting upacara, yang penting yang kelihatan, lahiriahnya saja. Sesungguhnya memuliakan Tuhan bukan hanya dengan bibir, lidah dan mulut ini, tetapi jauh lebih penting adalah dengan hati, dengan batin. Bukan hanya yang kelihatan, tetapi yang tidak kelihatanlah yang lebih penting, yaitu manusia batiniah kita.
Memuliakan Allah dilakukan dengan cara melakukan kehendak-Nya dengan cara memperlihatkan fungi pelayanan yang dilakukan dengan maksimal dengan cara dilatih secara profesional. [2] Berkenaan dengan mis gereja Henry Thiensen menjelaskan ada tujuh misi berkaitan dengan mandat yang diberikan kepada Gereja, yaitu: (1) memuliakan Allah, (2) membangun dirinya, (3) menyucikan dirinya, (4) mendidik angotanya, (5) menginjili dunia, (6) bertindak selaku kekuatan penahan dan penerang dalam dunia, dan (7) memajukan segala sesuatu yang luhur.[3]Fakta yang tidak dapat disangkal adalah Allah memiliki rencana agung bagi manusia. Bahwa Allah memuliakan diri-Nya sendiri dengan mempersatukan di dalam Kristus segala sesutu (Ef 1:10). Rencana Allah adalah untuk menyatukan dan mendamaikan manusia dalam Kritus supaya dapat kembali melayani dan memuliakan Allah. Dengan kata lain Allah melalui Kristus memiliki misi bagi dunia, yaitu menebus dunia agar agar kembali memuliakan Allah yang adalah mulia. Kristus mendirikan gereja-Nya sendiri untuk misi agung memuliakan dan menyatakan kemuliaan Allah bagi dunia. Gereja-Nya harus menampakkan cara hidup Kristus, yang harus diterangi oleh terang Kristus di bawah Kuasa Kristus yang mendatangkan berkat.[4] Theinsen menyebutkan tiga hal bagaimana Allah dimuliakan lewat gereja-Nya; (1) Kita memuliakan Allah dengan Menyembah-Nya, (2) Memuliakan Allah dengan berdoa dan puji-pujian, dan (3) kita memuliakan Allah dengan menjalani hidup yang saleh.[5]
Gereja yang merupakan tubuh dari Tuhan Yesus Kristus sebagai Kepala Gereja. Haruslah mengerjakan misinya yaitu Memuliakan Allah dan hal ini merupakan panggilan utama Gereja, Gereja yang telah ditebus oleh darah Kristus harus memuliakan Allah dalam dunia ini. Dengan demikian dunia bisa melihat wujud kemuliaan Allah melalui Gereja, karena dunia melihat dan menilai kemuliaan Allah melalui kehidupan Gereja dalam dunia.
B. Membangun Jemaat/Gereja Melalui Rasul-rasul, Nabi-nabi, Pemberita-pemberita
Injil, Gembala-gembala dan Pengajar-pengajar.
Efesus 4:11 – 13
Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan yang benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus.
Ayat ini memberikan kepada kita suatu gambaran mengenai organisasi dan administrasi dari gereja Purba.[6] Dalam Gereja Purba terdapat pengemban tugas yang bertanggung jawab dalam seluruh pelayanan gereja dan jemat-jemaat. Paulus menyatakan bahwa Kristus memberikan berbagai karunia pelayanan ini untuk mempersiapkan umat Allah bagi tugas-tugas pelayanan (Ef 4:12) dan bagi pertumbuhan rohani tubuh Kristus sebagaimana dikehendaki Allah (Ef 4:13-16).
PARA RASUL
Gelar "rasul" dipakai untuk kelompok pemimpin tertentu dalam PB. Kata kerja apostello berarti mengutus seorang untuk melaksanakan tugas tertentu sebagai utusan dan wakil pribadi dari yang mengutus. Gelar ini dipakai untuk Kristus (Ibr 3:1), kedua belas murid (Mat 10:2), Paulus (Rom 1:1; 2Kor 1:1; Gal 1:1) dan orang lain (Kis 14:4,14; Rom 16:7; Gal 1:19; 2:8-9; 1Tes 2:6-7).[7]
1. Istilah "rasul" dipakai dalam PB secara umum bagi wakil yang ditugaskan sebuah jemaat, seperti para misionaris Kristen yang pertama. Oleh karena itu, di dalam PB gelar "rasul" menunjuk kepada setiap utusan yang ditugaskan dan diutus sebagai misionaris atau untuk tanggung jawab khusus lainnya (lih. Kis 14:4,14; Rom 16:7; 2Kor 8:23; Fili 2:25). Mereka adalah orang-orang yang menunjukkan kepemimpinan rohani yang luar biasa, diurapi dengan kuasa untuk berhadapan langsung dengan kuasa-kuasa kegelapan dan meneguhkan Injil dengan berbagai mukjizat, dan telah menyerahkan diri untuk mendirikan berbagai gereja sesuai dengan kebenaran dan kemurnian rasuli. Para pelayan Injil yang berkeliling ini mempertaruhkan nyawa mereka demi nama Tuhan Yesus Kristus dan kemajuan Injil (Kis 11:21-26; 13:50; 14:19-22; 15:25-26). Mereka adalah orang-orang yang penuh iman dan tekun berdoa serta penuh Roh.
2. Rasul-rasul dalam pengertian yang umum ini tetap penting bagi maksud Allah di dalam gereja. Jikalau gereja berhenti mengutus orang-orang yang penuh Roh, maka penyebaran Injil ke seluruh dunia akan terhambat. Pada pihak lain, selama gereja menghasilkan dan mengutus orang semacam itu, gereja akan memenuhi tugas misionernya dan tetap setia kepada Amanat Agung Tuhan (Mat 28:18-20).
3. Istilah "rasul" juga dipakai dengan arti khusus yang menunjuk kepada mereka yang melihat Yesus setelah kebangkitan-Nya dan ditugaskan sendiri oleh Tuhan yang bangkit untuk memberitakan Injil dan mendirikan gereja (mis. kedua belas murid dan Paulus). Mereka memiliki kekuasaan unik di dalam gereja yang berhubungan dengan penyataan ilahi dan berita Injil asli yang tidak terdapat lagi di dalam diri siapa pun dewasa ini. ( Ef 2:20; Ef 2:20). Jadi, jabatan rasul dalam pengertian khusus ini bersifat unik dan tidak terulang lagi. Para rasul asli itu tidak memiliki pengganti. (1Kor 15:8; 1Kor 15:8)
4. Tugas pokok dari para rasul PB adalah mendirikan gereja dan memastikan bahwa gereja itu didirikan atas, atau dikembalikan kepada, pengabdian yang sungguh- sungguh kepada Kristus dan iman PB. Tugas ini meliputi dua beban utama:
a) suatu keinginan yang mendesak yang diberikan Allah untuk memelihara kemurnian gereja dan pemisahannya dari dosa dan dunia (1Kor 5:1-5; 2Kor 6:14-18; Yak 2:14-26; 1Pet 2:11; 4:1-5; 1Yoh 2:1,15-17; 3:3-10) dan
b) beban yang terus-menerus untuk memberitakan Injil PB dan mempertahankannya terhadap ajaran sesat, aliran-aliran teologi baru serta Pengajar-pengajar-Pengajar-pengajar palsu (Rom 16:17; 1Kor 11:2; 2Pet 2:1-3; 1Yoh 4:1-6; 2Yoh 1:7-11; Yud 1:3-4,12-13).
5. Sekalipun para rasul yang meletakkan dasar gereja tidak mempunyai pengganti, gereja masa kini masih tergantung pada perkataan, berita, dan iman mereka. Gereja harus taat dan tetap setia kepada tulisan asli mereka. Menolak penyataan yang diilhamkan dari para rasul itu berarti berhenti menjadi suatu gereja menurut pola alkitabiah dan menolak Tuhan Yesus (Yoh 16:13-15; 1Kor 14:36-38; Gal 1:9-11). Pada pihak lain, mempercayai berita rasuli, menaatinya, dan menjaganya agar tidak diputarbalikkan berarti tetap setia kepada Roh Kudus (Kis 20:28; 2Tim 1:14) dan menjamin kesinambungan hidup, berkat, dan kehadiran Allah di dalam gereja
PARA NABI.
Nabi adalah orang percaya yang berbicara di bawah dorongan langsung dari Roh Kudus atas nama Allah dan yang beban utamanya adalah kehidupan rohani dan kemurnian gereja. Di bawah perjanjian yang baru mereka dibangkitkan dan diberi kuasa oleh Roh Kudus untuk membawa berita dari Allah kepada umat-Nya (Kis 2:17; 4:8; 21:4). Nabi akan lebih banyak memberiatakan kehendak Allah daripada meramalkan masa depan. Ramalan masa depan telah tercakup dalam tugas mereka, sebab dalam pemberitaannya itu mereka juga telah menyatakan bahwa orang yang tidak mematuhi kehendak Allah akan menanggung akibatnya.[8]
1. Para nabi PL merupakan landasan untuk memahami pelayanan kenabian di gereja mula-mula. Tugas pokok mereka adalah memberitakan Firman Allah agar mendorong umat Allah untuk tetap setia kepada hubungan perjanjian mereka. Kadang-kadang, mereka juga meramalkan masa depan sebagaimana yang dinyatakan kepada mereka oleh Roh. Kristus dan para rasul adalah contoh dari penyataan sempurna seorang nabi PL (Kis 3:22-23; 13:1-2).
2. Di kalangan gereja PB, para nabi berfungsi sebagai berikut:
· Mereka merupakan pemberita dan penafsir Firman Allah yang dipenuhi Roh, dipanggil Allah untuk mengingatkan, menasihati, menghibur, dan membangun (Kis 2:14-36; 3:12-26; 1Kor 12:10; 1Kor 14:3).
· Mereka harus menjalankan karunia nubuat.
· Kadang-kadang mereka adalah "pelihat" yang meramalkan masa depan (Kis 11:28; 21:10-11).
· Seperti halnya para nabi PL, maka nabi PB dipanggil untuk menyingkapkan dosa, memberitakan kebenaran, mengingatkan akan datangnya penghakiman, dan memberantas keduniawian dan kesuaman di antara umat Allah (Luk 1:14-17). Karena memberitakan kebenaran, para nabi dan pelayanan mereka tak perlu terkejut bila mereka ditolak oleh banyak orang di gereja selama masa kesuaman dan kemurtadan.
3. Sifat, beban, keinginan, dan kemampuan seorang nabi meliputi:
· semangat untuk kemurnian gereja (Yoh 17:15-17; 1Kor 6:9-11; Gal 5:22-25);
· kepekaan yang dalam akan kejahatan serta kemampuan untuk mengenali dan membenci ketidakbenaran (Rom 12:9; Ibr 1:9);
· pemahaman yang tajam terhadap bahaya ajaran palsu (Mat 7:15; Mat 24:11,24; Gal 1:9; 2Kor 11:12-15);
· ketergantungan yang mendalam pada Firman Allah untuk meneguhkan beritanya (Luk 4:17-19; 1Kor 15:3-4; 2Tim 3:16);
· perhatian terhadap keberhasilan rohani Kerajaan Allah dan ikut rasa dengan Allah (Mat 21:11-13; 23:37; Luk 13:34; Yoh 2:14-17; Kis 20:27-31).
4. Berita para nabi ini tidak boleh dianggap sebagai tanpa salah. Berita mereka harus diuji oleh gereja, nabi yang lain dan Firman Allah. Jemaat dituntut untuk menilai dan menguji apakah kesaksian mereka berasal dari Allah (1Kor 14:29-33; 1Yoh 4:1).
5. Para nabi masih diperlukan dalam maksud Allah bagi gereja-Nya. Gereja yang menolak para nabi Allah akan menjadi gereja yang merosot, yang terhanyut kepada keduniawian dan kompromi kebenaran alkitabiah (1Kor 14:3; bd. Mat 23:31-38; Luk 11:49; Kis 7:51-52). Jikalau para nabi tidak diizinkan menyampaikan peringatan dan teguran, kata-kata yang didorong oleh Roh Kudus, kata-kata yang menyingkapkan dosa dan ketidakbenaran (Yoh 16:8-11), maka gereja akan menjadi tempat di mana suara Roh tidak kedengaran lagi. Politik gerejawi dan kuasa duniawi akan menggantikan Roh (2Tim 3:1-9; 4:3-5; 2Pet 2:1-3,12-22). Pada pihak yang lain, jikalau gereja bersama para pemimpinnya, mendengar suara para nabi, gereja akan digerakkan kepada hidup dan perhubungan yang baru dengan Kristus, dosa akan ditinggalkan, dan kehadiran Roh akan nyata di antara mereka yang setia.
PARA PENGINJIL.
Dalam PB, pemberita Injil adalah orang milik Allah yang berbakat dan ditugaskan untuk memberitakan Injil (yaitu kabar baik) keselamatan kepada yang belum selamat dan membantu membuka gereja yang baru di sebuah kota. Apabila Injil diberitakan, ia selalu mengandung tawaran dan kuasa keselamatan (Rom 1:16-17). Jadi mereka ini adalah pengembara yang dapat disamakan dengan Misionaris.[9]
1. Pelayanan Filipus "pemberita Injil" itu (Kis 21:8), memberikan gambaran yang jelas mengenai pekerjaan seorang penginjil menurut pola PB.
· Filipus memberitakan Injil Kristus (Kis 8:4-5,35).
· Banyak orang diselamatkan dan dibaptis dengan air (Kis 8:6,12).
· Berbagai tanda, mukjizat, penyembuhan, dan pembebasan dari roh-roh jahat menyertai pemberitaannya (Kis 8:6-7,13).
· Dia ingin agar mereka yang baru bertobat itu dipenuhi dengan Roh Kudus (Kis 8:12-17; bd. Kis 2:38; 19:1-6).
2. Penginjil itu sangat penting dalam maksud Allah bagi gereja-Nya. Gereja yang tidak mendukung pelayanan seorang penginjil tidak akan lagi memperoleh jiwa-jiwa baru sebagaimana yang diinginkan Allah. Gereja itu akan menjadi gereja yang statis, tanpa pertumbuhan dan jangkauan misioner. Gereja yang sangat menghargai karunia rohani seorang penginjil dan memelihara kasih yang sungguh-sungguh terhadap mereka yang terhilang akan memberitakan keselamatan dengan kuasa yang meyakinkan dan menyelamatkan (Kis 2:14-41). Penginjil adalah tenaga gerejawi yang berstatus sebagai penyebar-penyebar injil yang bertugas menyampaikan berita sukacita ketempat yang belum mendengarnya.[10]
PARA GEMBALA.
Para gembala adalah mereka yang bertugas untuk mengawasi dan memelihara kebutuhan rohani jemaat lokal. Dalam bahasa latin Gembala diartikan Pastor.[11] Mereka juga disebutkan "penatua" (Kis 20:17; Tit 1:5) dan "penilik jemaat" (1Tim 3:1; Tit 1:7).
1. Tugas gembala adalah memberitakan ajaran yang sehat, membuktikan kesalahan ajaran sesat , mengajarkan Firman Allah dan memimpin jemaat lokal ; menjadi teladan kesucian dan pengajaran yang benar; dan menjaga agar semua orang percaya tetap di dalam kasih karunia ilahi. Tugas mereka dinyatakan dalam Kis 20:28-31 sebagai pelindung kebenaran rasuli dan kawanan domba Allah dengan berjaga- jaga terhadap ajaran palsu dan Pengajar-pengajar-Pengajar-pengajar palsu di dalam gereja. Mereka berfungsi sebagai gembala yang teladan terbaiknya adalah Tuhan Yesus sendiri (Yoh 10:11-16; 1Pet 2:25; 5:2-4).
2. Pola PB menunjukkan adanya beberapa gembala yang memimpin kehidupan rohani jemaat lokal (Kis 20:28; Fili 1:1). Gembala itu dipilih, bukan melalui cara politis, melainkan oleh hikmat Roh yang diberikan kepada tubuh Kristus ketika memeriksa keadaan rohani seorang calon.
3. Gembala itu sangat penting dalam maksud Allah bagi gereja-Nya. Gereja yang gagal memilih gembala yang saleh dan setia tidak akan dipimpin lagi menurut kehendak Roh (lih. 1Tim 3:1-7). Gereja tersebut akan terbuka lebar untuk dimasuki kuasa-kuasa perusak dari Iblis dan dunia. Pemberitaan Firman akan diputarbalikkan dan patokan-patokan Injil akan hilang. Anggota dan keluarga gereja tidak akan dipelihara sesuai dengan maksud Allah. Banyak orang akan meninggalkan kebenaran dan berbalik kepada dongeng. Pada pihak lain, apabila yang ditugaskan adalah gembala yang saleh, orang percaya akan terpelihara dengan firman iman dan ajaran yang sehat serta dilatih untuk beribadah. Gereja akan dibina untuk bertekun di dalam ajaran Kristus dan para rasul sehingga dengan demikian memastikan keselamatan mereka dan para pendengarnya (1Tim 4:16; 2Tim 2:2).
PARA PENGAJAR-PENGAJAR.
Para Pengajar-pengajar adalah mereka yang memiliki karunia yang diberikan Allah secara khusus untuk menjelaskan, menguraikan secara terinci, dan memberitakan Firman Allah agar membangun tubuh Kristus (Ef 4:12).
1. Tugas khusus para Pengajar-pengajar ialah memelihara Injil yang dipercayakan kepada mereka dengan pertolongan Roh Kudus. Mereka harus dengan setia mengarahkan gereja kepada penyataan alkitabiah dan berita asli Kristus dan para rasul, serta bertekun di dalam tugas ini.
2. Maksud utama dari pengajaran alkitabiah adalah memelihara kebenaran dan menghasilkan kekudusan dengan memimpin tubuh Kristus ke dalam suatu komitmen yang sungguh-sungguh kepada gaya hidup saleh, sebagaimana tercantum dalam Firman Allah. Alkitab menyatakan bahwa sasaran pendidikan Kristen ialah "kasih yang timbul dari hati yang suci, dari hati nurani yang murni dan dari iman yang tulus ikhlas". Jadi, bukti dari pengetahuan Kristen bukanlah sekadar apa yang kita ketahui, tetapi bagaimana kita hidup, yaitu manifestasi kasih, kemurnian, iman, dan kesalehan.
3. Pengajar-pengajar sangat penting dalam maksud Allah bagi gereja-Nya. Gereja yang menolak atau tidak bersedia mendengarkan para Pengajar-pengajar dan teolog yang tetap setia kepada penyataan alkitabiah tidak akan memperdulikan lagi kesungguhan berita alkitabiah dan penafsiran yang tepat atas ajaran asli Kristus dan para rasul. Gereja di mana Pengajar-pengajar dan teolog semacam itu tetap diam tidak akan bertahan di dalam kebenaran. Angin pengajaran yang baru akan diterima tanpa diselidiki, lalu pengalaman agama dan pikiran manusia, bukannya kebenaran yang dinyatakan, akan menjadi penuntun untuk doktrin, standar, dan praktik gerejani. Pada pihak lain, gereja yang mendengarkan ajaran para Pengajar-pengajar dan teolog yang saleh akan mengukur ajaran dan kelakuannya dengan kesaksian Injil yang mendasar. Unsur-unsur pikiran yang salah akan tersingkap dan kemurnian dari berita asli Kristus diwariskan kepada keturunannya. Firman Allah yang terilhamkan akan menjadi ujian bagi semua ajaran, dan gereja akan diingatkan bahwa firman yang diilhamkan Roh itu merupakan kebenaran dan kekuasaan tertinggi, dan dengan demikian, menjadi lebih tinggi daripada gereja dan lembaganya.
Daftar Pustaka
Abineno, Dr. J.L Ch., Tafsiran Alkitab Surat Efesus, Jakarta:BPK, 2009.
Barclay, William., Pemahaman Alkitab Setiap Hari Galatia Efesus, Jakarta: BPK, 1996.
Bartlett, David L., Pelayanan Dalam Perjanjian Baru, Jakarta: BPK, 2003.
Chilton, Bruche., Studi Perjanjian Baru Bagi Pemula, Jakarta: BPK, 2004.
Drewes, Pdt. B.F. M.Th., dkk., Kunci Bahasa YunaniPerjanjian Baru Surat Roma Hinga Kitab Wahyu. Jakarta: BPK, 2010.
Harun Hadiwijono, Iman Kristen, Jakarta: BPK, 1991.
Newman JR, Barclay M, Kamus Yunani-Indonesia Untuk Perjanjian Baru, Jakarta: BPK, 2010.
Thiensen, Teologi Sistematika, Malang: Gandum Mas, 2008.
[1] Barclay M. Newman JR, Kamus Yunani-Indonesia Untuk Perjanian Baru (Jakarta: BPK, 1990) 43
[2] David L. Bartlett, (Jakarta: BPK, 2003) 254
[3] Thiensen, Teologi Sistematika, 509514.
[4] Harun Hadiwijono, Iman Kristen (Jakarta: BPK, 1991) 374.
[5] Thiensen, Teologi Sistematika, 509514.
[6] Gereja Purba yang dimaksud adalah Gereja pada masa awal lahirnya gereja yaitu jemaat mula-mula seperti yang terdapat dalam Kitap Para Rasul.
[7] Seseorang yang menyandang predkat Rasul harus memenuhi dua ketentuan yaitu pertama, Ia harus pernah melihat Yesus Kristus dan yang kedua Ia harus menjadi saksi daripada kebangkitan Tuhan.
[8] William Barclay, Pemahaman Alkitab setiap Hari Galatia Efesus (Jakarta: BPK, 1996) 218
[9] Ibid
[10] Ibid
[11] Ibid...221, Gembala ataupun Pendeta dalam bahasa latin disebutkan Pastor karena pada masa itu Gereja Kristen adalah ibarat sebuah pulau kecil ditengah samudra berhala. Orang-orang yang masuk kedalamnya adalah orang yang telah meninggalkan kekafiran mereka; sebab itu timbul kekhawatiran jangan-jangan mereka kembali hidup kafir. Dan tugas pastor atau pendeta menggembalakan kawanan domba, yaitu warga gereja tersebu serta menyelamatkan mereka dari bahaya kekafiran itu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar