Minggu, 24 April 2016

Pembelajaran Multikulturan Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen

Multicultural Learning in Christian  Education.



I. Pendahualuan
Pendidikan Agama Kristen yang dilaksanakan di sekolah  sangatlah penting artinya dalam menegakkan dan mewujudkan masyarakat yang damai sejahtera dan tentram. Dalam realita kehidupan masyarakat masih banyak persoalan yang muncul dengan berbagai konflik yang terjadi yang seringkali dikaitkan dengan masalah agama. Pendidikan Agama Kristen hadir dan dihadirkan di tengah masyarakat adalah untuk melaksanakan amanat agung sebagaimana dalam Firman Allah. Pendidikan Agama Kristen yang adalah bagian dari tujuan pendidikan nasional dapat mewujudkan tujuan pendidikan nasional melalui peserta didik. Kehadiran Pendidikan Agama Kristen juga dapat menjadi alat pembentuk dan pemersatu bangsa di tengah masyarakat majemuk yang berbeda agama, suku, ras, golongan, dsb. Selain itu, kehadiran Pendidikan Agama Kristen dapat berperan serta untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia. Pendidikan Agama Kristen harus terus- menerus berkembang seiring dengan kemajuan zaman; memampukan manusia agar sadar terhadap iptek, kreatif, inovatif, serta memiliki solidaritas tinggi; peka terhadap konteks pendidikan nasional, pergumulan bangsa dan menjawab kebutuhan orang percaya.
Menimbang realitas ini, issu agama, dan etnisitas masih dianggap sebagai pusat konfliknya. Disinilah tugas pendidik termasuk pendidik Pendidikan Agama Kristen untuk menaikkan kesadaran kritis di pihak Kristen agar tercapai “pendidikan multikulturalisme dan pluralisme.” Agar memahami secara proporsional, mau tidak mau Pendidikan Agama Kristen harus memperluas wilayah kajiannya dengan  bekerja sama dengan pendidik lain termasuk pendidik guru agama lain seperti Guru agama Islam, Guru Agama Budha, Guru Agama Hindu dan Bahkan Guru Gama Kong Hu Chu jika memungkinkan. Hal ini lah yang telah dikerjakan oleh guru-guru Agama di Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda. Bahkan penulis selaku Pendidik Guru Agama Kristen perneh menemukan adanya kerja sama antar sesama murid yang berbeda agama dalam merancang satu kegiatan dimana kegiatan itu adalah untuk perayaan Natal Tuhan Yesus Kristus di Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda. Hal merupakan salah satu indikasi keberhasilan pelaksanaan Pembelajaran Multikultural dari sisi Pendidikan Agama. Perlu dipahami bahwa pada hakekatnya tidak agama yang tidak mengajarkan  kebaikan. Secara Khusus dalam pendidikan Agama Kristen penekannnya adalah kasih yang harus dinyatakan kepada semua orang tanpa memandang perbedaan yang ada.
Berkaitan dengan konteks masyarakat Indonesia yang memiliki heterogenitas, baik agama,suku, dan golongan,maka perlu dikaji ulang arah Pendidikan Agama Kristen dalam masyarakat majemuk. Diharapkan dengan pengajaran Pendidikan Agama Kristen dalam konteks masyarakat majemuk,peserta didik mampu hadir dan mempraktekkan imannya ditengah-tengah lingkungannya tanpa mengkompromikan dogma iman yang dimilikinya.
            Pendidikan Agama Kristen disekolah haruslah bermuara kepada transformasi baik dalam pengetahuan maupun dalam transformasi iman. Sebab salah satu tujuan pembelajaran agama di sekolah adalah untuk memampukan peserta didik hidup bersama dengan orang-orang lain disekitarnya yang memiliki keanekaragaman agama,suku,dan etnis.


II. Tantangan dalam mengajar
Dalam menerapkan pembelajaran multikultural di kelas bagi seorang pendidik /guru agama Kristen dapat dilihat dalam beberapa faktor. (1) Faktor guru, ketika guru memasuki suatu kelas, sudah memiliki paradigma bawaan sendiri-sendiri, ada yang bersifat umum dan ada yang bersifat sangat pribadi. (2) Faktor siswa, demikian pula siswa juga memiliki bawaan sendiri-sendiri, ada yang bersifat umum dan ada yang bersifat sangat pribadi. Fenomena homogenisasi terjadi dalam dunia pendidikan akibat tarik ulur antara keunggulan dan keterjangkauan. Para siswa tersegregasi dalam kelas sesuai latar belakang sosio-ekonomi, agama, dan etnisitas. Lalu, terjadi pengelompokan anak berdasar agama, kelas sosio-ekonomi, ras, dan suku. Tiap hari anak-anak bergaul dan berinteraksi hanya dengan teman segolongan. Jika interaksi di luar kelas juga demikian, pengalaman anak-anak untuk memahami dan menghargai perbedaan menjadi amat langka. (3) Faktor kurikulum, bisa dipersepsi dan memiliki dampak berbeda untuk setiap individu siswa. Pendidikan Agama Kristen mengajarkan bahwa kasih itu harus dinyakan kepada semua orang. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa banyak materi yang harus disampaikan kepada peserta didik yang bersifat intern (kebenaran yang harus disampaikan kepada penganutnya). (4) Faktor pedagogy, di tangan guru berbeda bisa memiliki makna dan dampak yang berbeda pula. Hal ini dapat dilihat dari liturgi ibadah yang dilakukan di awal dan diakhir yang secara tidak sadar sedang meyakinkan siswa akan kebenaran agama yang dianutnya.

III. Alasan mengapa RPP ini yang dipergunakan
            RPP dalam mata pelajaran Agama Kristen ini diambil dari materi yang berjudul “Karya Allah dalam Kpelbagaian” dipandang sesuai dengan konsep pembelajaran Multikultural. Ada beberapa materi yang relevan namum materi ini dianggap cukup merepresentasikan materi-materi yang lain. Materi ini juga dipandang Realitas dari pluralisme Masyarakat Indonesia yang didasari dasar teologis dan pedagogic dalam masyarakat majemuk yang sesuai dengan prinsip-prinsip Pendidikan Agama Kristen dalam masyarakat majemuk. Materi dalam RPP ini juga dilengkapi dengan pendekatan dan Strategi Pendidikan Agama Kristen serta Mengembangkan model PAK yang multikultur dan inklusif.

IV. Penyusunan Skenario Pembelajaran
Pembelajaran diawali dengan pengantar yang mengarahkan peserta didik untuk memahami inti sari pembahasan sekaligus menjelaskan mengapa topik ini diajarkan pada mereka. Sampai saat ini diskusi-diskusi mengenai keberagaman belum begitu mendarat di kalangan akar rumput atau rakyat bawah. Polarisasi antara kaya-miskin, agama A dengan agama  B, suku A dengan suku B serta pemahaman  mengenai  orang dalam dan orang luar masih cukup kental. Harus diakui, pola asuh dalam keluarga mempengaruhi cara pandang peserta didik mengenai keberagaman. Apalagi di Indonesia umumnya konflik yang ditengarai sebagai konflik antara umat beragama sebenarnya ditunggangi  oleh  kepentingan politik.  Bangsa kita  telah memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang menjadi pengikat berbagai perbedaan suku,  budaya dan agama. Bahkan, guru-guru sendiri masih membutuhkan pencerahan menyangkut pemahaman yang benar mengenai keberagaman.  Perlu dicatat bahwa toleransi dalam berbagai perbedaan tidak berarti melebur tanpa identitas. Topik pelajaran ini dijabarkan dari Kompetensi Dasar mengenai bergaul dengan orang lain tanpa kehilangan identitas sebagai remaja Kristen.

Diskusi dan Berbagi Pengalaman
Dalam kegiatan ini, guru meminta peserta didik mendiskusikan hal-hal positif dan negatif dari keberagaman. Guru memberikan penekanan bahwa kemajemukan merupakan kenyataan di Indonesia. Sejak zaman dahulu kala keberagaman bangsa diikat oleh semboyan Bhinneka Tunggal Ika bahkan dalam budaya masyarakat Indonesia  berkembang sikap gotong-royong dan saling tolong menolong tanpa memandang agama dan suku maupun budaya. Namun harus diakui terkadang ada unsur kepentingan lainnya yang menyebabkan terjadi konflik yang dipicu oleh keberagaman dalam masyarakat.  Kemudian guru meminta peserta didik melakukan diskusi mengenai apa saja hal-hal positif dan negatif dari keberagaman bangsa Indonesia. Misalnya, dari segi negatif,  keberagaman itu  menimbulkan perasaan curiga pada kelompok tertentu, dari segi positif, kita dapat saling belajar dari perbedaan  budaya, kebiasaan, tata cara dan bahasa daerah masing-masing.  Dengan demikian memperoleh pengetahuan baru.  Beri kesempatan  pada peserta didik untuk mendiskusikan  pengalaman riil mereka.  Di sekolah yang memiliki fasilitas memadai, dapat dilakukan kegiatan menonton film atau video mengenai keberagaman.

Penjelasan Guru
Pada bagian ini guru menjelaskan mengenai keberagaman dalam Alkitab. Perlu diberikan penekanan bahwa semua manusia memiliki harkat dan martabat yang sama. Keanekaragaman  yang ada tidak boleh mendistorsi martabat seseorang karena semua manusia sama di hadapan Allah. Bahkan Yesus  sendiri bersikap terbuka  terhadap keberagaman; keselamatan diberikan bagi segala bangsa di muka bumi.

Sikap Remaja Kristen tentang Keberagaman
Peserta didik melakukan  studi kasus melalui cerita yang diangkat dari koran setempat, lalu mereka diminta menentukan sikapnya berkaitan dengan kasus yang diangkat. Guru membimbing peserta didik dalam kegiatan ini. Jika ada di antara peserta didik yang masih memiliki pandangan sempit terhadap keberagaman, guru dapat meluruskan pandangan itu berpedoman pada prinsip-prinsip Alkitab yang sudah dibahas.

Membedah Tulisan
Di sini peserta didik membahas tulisan seorang remaja berusia 14 tahun dari Nigeria yang berhasil memenangkan kompetisi karya tulis untuk orang muda dalam rangka hidup damai di tengah perbedaan. Tulisan itu amat menyentuh hati sanubari dan usul-usul berupa program atau kegiatan dalam tulisan tersebut amat baik untuk coba dilakukan oleh peserta didik SMA kelas X. Setelah mempelajari tulisan tersebut, peserta didik diminta untuk menuliskan butir-butir berupa tindakan nyata yang dapat dilakukan oleh remaja Kristen di tengah masyarakat Indonesia yang majemuk. Dimulai dari kegiatan yang paling sederhana, misalnya menghargai  sesama tanpa memandang perbedaan, berteman tanpa memandang perbedaan. Apakah sudah ada upaya- upaya di kalangan remaja yang sama atau mirip dengan apa yang diusulkan oleh penulis remaja dari Nigeria itu?

Membuat Program Kerja atau Proyek Bersama
Kegiatan ini dilakukan untuk mewujudkan solidaritas dan perdamaian di tengah masya-rakat majemuk. Bentuk proyek bisa berupa:
·      majalah dinding  untuk mempublikasikan tulisan-tulisan yang berisi ajakan untuk membangun solidaritas dan perdamaian dalam masyarakat majemuk,
·      mengunjungi rumah-rumah ibadah agama lain dan mendengarkan penjelasan dari pemimpin agama setempat, melakukan kampanye perdamaian dll.

Menulis janji atau komitmen
Peserta didik diajak untuk mewujudkan solidaritas dan perdamaian dalam masyarakat dalam bentuk janji atau komitmen tentang apa yang ingin mereka lakukan dalam waktu dekat untuk mencapai tujuan ini.

Penilaian
Penilaian dilakukan dengan tes lisan, tulisan dan penilaian karya atau produk berupa program kerja yang ditulis dalam langkah-langkah sistimatis serta dapat dilaksanakan. Penilaian sikap dilakukan dengan memperhatikan bagaimana peserta didik melaksanakan program kerja yang telah dirumuskan.

V. Tips Mengembangkan Pembelajaran Multikultural di dalam kelas
            Ada beberapa hal yang perlu dijadikan perhatian dalam mengembangkan pembelajaran berbasis multikultural, diantaranya:
1.        Peran guru dan sekolah dalam membangun paradigma Keberagamaan.
Seorang guru termasuk guru agama Kristen merupakan salah satu faktor penting dalam mengimplementasikan nilai-nilai, karena seorang guru yang memiliki paradigma pemahaman keberagamaan yang moderat akan mampu untuk mengajarkan dan mengimplementasikan nilai-nilai keberagaman tersebut kepada peserta didik di sekolah. Peran guru dalam hal ini meliputi: Pertama, seorang guru harus mampu bersikap demokratis, artinya dalam segala tingkah lakunya, baik sikap maupun perkataannya tidak diskriminatif (bersikap tidak adil atau menyingung) peserta didik yang menganut agama yang berbeda dengannya. Guru seharusnya memiliki kepedulian yang tinggi terhadap kejadian-kejadian tertentu yang ada hubungannya dengan agama. Selain guru, peran sekolah juga sangat penting dalam membangun lingkungan pendidikan yang pluralis dan toleran terhadap semua pemeluk agama. Peran guru dan sekolah dalam menghargai keragaman bahasa. Seorang guru harus memiliki sikap menghargai “keragaman bahasa” dan mempraktekkan nilai-nilai tersebut di sekolah, sehingga dapat membangun sikap peserta didik agar mereka selalu menghargai orang lain yang memiliki bahasa, aksen, dan dialek yang berbeda. Peran guru dan sekolah dalam membangun sensitivitas gender. Dalam pendidikan multicultural, pendidikan memiliki peran yang sangat strategis untuk membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya menjunjung tinggi hak-hak perempuan dan membangun sikap anti diskriminasi terhadap kaum perempuan.
2.        Melakukan Analisis dalam mengembangkan model pembelajaran yang Bernuansa Multikultural
Analisis ini dipandang penting dijadikan pertimbangan dalam mengembangkan model pembelajaran berbasis multikultural, yang meliputi: (a) tuntutan kompetensi mata pelajaran yang harus dibekalkan kepada peserta didik berupa pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), dan etika atau karakter (ethic atau disposition); (b) tuntutan belajar dan pembelajaran, terutama terfokus membuat orang untuk belajar dan menjadikan kegiatan belajar adalah proses kehidupan; (c) kompetensi guru dalam menerapkan pendekatan multikultural. Guru sebaiknya menggunakan metode mengajar yang efektif, dengan memperhatikan referensi latar budaya siswanya. Guru harus bertanya dulu pada diri sendiri, apakah ia sudah menampilkan perilaku dan sikap yang mencerminkan jiwa multikultural; (d) analisis terhadap latar kondisi siswa. Secara alamiah siswa sudah menggambarkan masyarakat belajar yang multikultural. (e) karakteristik materi pembelajaran yang bernuansa multikultural.
3.        Menetapkan Strategi Pembelajaran Berkadar Multikultural
Pilihan strategi yang digunakan dalam mengembangkan pembelajaran berbasis multikultural, antara lain: strategi kegiatan belajar bersama-sama (Cooperative Learning), yang dipadukan dengan strategi pencapaian konsep (Concept Attainment) dan strategi analisis nilai (Value Analysis), strategi analisis sosial (Social Investigation). Beberapa pilihan strategi ini dilaksanakan secara simultan, dan harus tergambar dalam langkah-langkah model pembelajaran berbasis multikultural. Namun demikian, masing-masing strategi pembelajaran secara fungsional memiliki tekanan yang berbeda. Strategi Pencapaian Konsep, digunakan untuk memfasilitasi siswa dalam melakukan kegiatan eksplorasi budaya lokal untuk menemukan konsep budaya apa yang dianggap menarik bagi dirinya dari budaya daerah masing-masing, dan selanjutnya menggali nilai-nilai yang terkandung dalam budaya daerah asal tersebut. Dalam pembelajaran Agama, di YP Sultan Iskandar Muda yang terdiri dari 4 Guru agama yaitu Guru Agama Islam, Guru Agama Kristen, Guru Agama Budha dan Guru Agama Hindhu. Kerap diadakan pembelajaran bersama tentunya materi pembelajaran umum yang mengarahakan anak didik berperilaku baik dan benar-benar siap dalam menapaki masa depan. Dalam hal ini setiap Guru Agama secara bergiliran memberikan ceramah berupa pencerahan, dari pengalaman ketika melakukannya, para peserta didik sangat tertarik karena akan menerima pencerahan dari Guru Agama yang berbeda namun mengarah kepada kebaikan.


Salam Kebenaran

Nyatakan kebenaran dimanapun kita berada, walau terkadang hal ini akan menui harga yang mahal dan mungkin akan merugikan diri sendiri namun percayalah akhirnya akan berbuah manis dan dapat dirasakan oleh orang-orang yang ada di sekitar kita karena kebenaranlah yang akan memerdekakan kita. Salam Optimis