![]() |
| Multicultural Learning in Christian Education. |
I. Pendahualuan
Pendidikan Agama Kristen yang dilaksanakan di
sekolah sangatlah penting artinya dalam
menegakkan dan mewujudkan masyarakat yang damai sejahtera dan tentram. Dalam
realita kehidupan masyarakat masih banyak persoalan yang muncul dengan berbagai
konflik yang terjadi yang seringkali dikaitkan dengan masalah agama. Pendidikan
Agama Kristen hadir dan dihadirkan di tengah masyarakat adalah untuk
melaksanakan amanat agung sebagaimana dalam Firman Allah. Pendidikan Agama
Kristen yang adalah bagian dari tujuan pendidikan nasional dapat mewujudkan
tujuan pendidikan nasional melalui peserta didik. Kehadiran Pendidikan Agama
Kristen juga dapat menjadi alat pembentuk dan pemersatu bangsa di tengah
masyarakat majemuk yang berbeda agama, suku, ras, golongan, dsb. Selain itu,
kehadiran Pendidikan Agama Kristen dapat berperan serta untuk meningkatkan
kualitas manusia Indonesia. Pendidikan Agama Kristen harus terus- menerus
berkembang seiring dengan kemajuan zaman; memampukan manusia agar sadar
terhadap iptek, kreatif, inovatif, serta memiliki solidaritas tinggi; peka
terhadap konteks pendidikan nasional, pergumulan bangsa dan menjawab kebutuhan
orang percaya.
Menimbang realitas ini, issu agama, dan etnisitas
masih dianggap sebagai pusat konfliknya. Disinilah tugas pendidik termasuk
pendidik Pendidikan Agama Kristen untuk menaikkan kesadaran kritis di pihak
Kristen agar tercapai “pendidikan multikulturalisme dan pluralisme.” Agar
memahami secara proporsional, mau tidak mau Pendidikan Agama Kristen harus
memperluas wilayah kajiannya dengan
bekerja sama dengan pendidik lain termasuk pendidik guru agama lain
seperti Guru agama Islam, Guru Agama Budha, Guru Agama Hindu dan Bahkan Guru
Gama Kong Hu Chu jika memungkinkan. Hal ini lah yang telah dikerjakan oleh
guru-guru Agama di Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda. Bahkan penulis
selaku Pendidik Guru Agama Kristen perneh menemukan adanya kerja sama antar
sesama murid yang berbeda agama dalam merancang satu kegiatan dimana kegiatan
itu adalah untuk perayaan Natal Tuhan Yesus Kristus di Yayasan Perguruan Sultan
Iskandar Muda. Hal merupakan salah satu indikasi keberhasilan pelaksanaan
Pembelajaran Multikultural dari sisi Pendidikan Agama. Perlu dipahami bahwa
pada hakekatnya tidak agama yang tidak mengajarkan kebaikan. Secara Khusus dalam pendidikan
Agama Kristen penekannnya adalah kasih yang harus dinyatakan kepada semua orang
tanpa memandang perbedaan yang ada.
Berkaitan dengan konteks masyarakat Indonesia yang
memiliki heterogenitas, baik agama,suku, dan golongan,maka perlu dikaji ulang
arah Pendidikan Agama Kristen dalam masyarakat majemuk. Diharapkan dengan
pengajaran Pendidikan Agama Kristen dalam konteks masyarakat majemuk,peserta
didik mampu hadir dan mempraktekkan imannya ditengah-tengah lingkungannya tanpa
mengkompromikan dogma iman yang dimilikinya.
Pendidikan
Agama Kristen disekolah haruslah bermuara kepada transformasi baik dalam
pengetahuan maupun dalam transformasi iman. Sebab salah satu tujuan
pembelajaran agama di sekolah adalah untuk memampukan peserta didik hidup
bersama dengan orang-orang lain disekitarnya yang memiliki keanekaragaman
agama,suku,dan etnis.
II. Tantangan
dalam mengajar
Dalam menerapkan pembelajaran
multikultural di kelas bagi seorang pendidik /guru agama Kristen dapat dilihat
dalam beberapa faktor. (1) Faktor guru,
ketika guru memasuki suatu kelas, sudah memiliki paradigma bawaan sendiri-sendiri, ada yang
bersifat umum dan ada yang bersifat sangat pribadi. (2) Faktor siswa, demikian pula siswa juga
memiliki bawaan sendiri-sendiri, ada yang bersifat umum dan ada yang bersifat
sangat pribadi. Fenomena homogenisasi terjadi dalam dunia pendidikan akibat
tarik ulur antara keunggulan dan keterjangkauan. Para siswa tersegregasi dalam
kelas sesuai latar belakang sosio-ekonomi, agama, dan etnisitas. Lalu, terjadi
pengelompokan anak berdasar agama, kelas sosio-ekonomi, ras, dan suku. Tiap
hari anak-anak bergaul dan berinteraksi hanya dengan teman segolongan. Jika
interaksi di luar kelas juga demikian, pengalaman anak-anak untuk memahami dan
menghargai perbedaan menjadi amat langka. (3) Faktor kurikulum, bisa dipersepsi dan memiliki dampak berbeda
untuk setiap individu siswa. Pendidikan
Agama Kristen mengajarkan bahwa kasih itu harus dinyakan kepada semua orang.
Akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa banyak materi yang harus disampaikan
kepada peserta didik yang bersifat intern (kebenaran yang harus disampaikan
kepada penganutnya). (4) Faktor pedagogy, di tangan guru berbeda bisa
memiliki makna dan dampak yang berbeda pula. Hal ini dapat dilihat dari liturgi ibadah yang dilakukan di awal dan
diakhir yang secara tidak sadar sedang meyakinkan siswa akan kebenaran agama
yang dianutnya.
III. Alasan
mengapa RPP ini yang dipergunakan
RPP dalam mata
pelajaran Agama Kristen ini diambil dari materi yang berjudul “Karya Allah
dalam Kpelbagaian” dipandang sesuai dengan konsep pembelajaran Multikultural.
Ada beberapa materi yang relevan namum materi ini dianggap cukup
merepresentasikan materi-materi yang lain. Materi ini juga dipandang Realitas dari pluralisme Masyarakat Indonesia
yang didasari dasar teologis dan
pedagogic dalam masyarakat majemuk yang sesuai dengan prinsip-prinsip Pendidikan Agama Kristen
dalam masyarakat majemuk. Materi dalam RPP ini juga dilengkapi dengan pendekatan
dan Strategi Pendidikan Agama Kristen serta Mengembangkan model PAK yang
multikultur dan inklusif.
IV. Penyusunan
Skenario Pembelajaran
Pembelajaran diawali dengan pengantar yang mengarahkan peserta didik untuk memahami inti sari pembahasan sekaligus menjelaskan mengapa topik ini diajarkan pada mereka. Sampai saat ini diskusi-diskusi mengenai
keberagaman
belum begitu mendarat di kalangan akar rumput atau rakyat bawah. Polarisasi antara kaya-miskin, agama A dengan
agama B, suku A dengan suku B serta pemahaman mengenai orang dalam dan orang luar masih cukup kental. Harus diakui,
pola asuh dalam keluarga mempengaruhi
cara pandang peserta didik mengenai keberagaman. Apalagi di Indonesia
umumnya konflik yang ditengarai sebagai konflik antara umat beragama sebenarnya ditunggangi oleh kepentingan politik. Bangsa kita
telah memiliki semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang menjadi
pengikat berbagai
perbedaan suku, budaya dan agama. Bahkan, guru-guru sendiri masih membutuhkan pencerahan menyangkut pemahaman yang benar mengenai keberagaman. Perlu dicatat bahwa toleransi dalam berbagai perbedaan tidak berarti melebur
tanpa identitas. Topik pelajaran ini dijabarkan dari Kompetensi Dasar mengenai bergaul dengan orang lain tanpa kehilangan identitas sebagai remaja Kristen.
Diskusi dan Berbagi Pengalaman
Dalam kegiatan ini, guru meminta
peserta didik mendiskusikan hal-hal positif dan negatif
dari keberagaman. Guru memberikan penekanan bahwa kemajemukan merupakan kenyataan
di Indonesia. Sejak zaman dahulu
kala keberagaman bangsa diikat oleh semboyan Bhinneka Tunggal
Ika bahkan dalam budaya masyarakat Indonesia berkembang sikap gotong-royong dan
saling
tolong menolong tanpa memandang agama dan suku maupun budaya. Namun harus diakui terkadang ada
unsur kepentingan lainnya
yang menyebabkan terjadi konflik yang dipicu oleh keberagaman dalam masyarakat. Kemudian guru meminta peserta didik melakukan diskusi
mengenai apa saja hal-hal positif dan negatif dari keberagaman bangsa
Indonesia. Misalnya, dari segi negatif, keberagaman
itu menimbulkan perasaan curiga pada kelompok tertentu, dari segi positif, kita dapat saling
belajar dari perbedaan budaya, kebiasaan, tata cara dan bahasa daerah masing-masing. Dengan
demikian memperoleh pengetahuan baru. Beri
kesempatan pada peserta didik untuk mendiskusikan pengalaman riil mereka. Di sekolah yang memiliki fasilitas memadai,
dapat dilakukan kegiatan
menonton film atau video mengenai keberagaman.
Penjelasan Guru
Pada bagian ini guru menjelaskan mengenai keberagaman dalam Alkitab. Perlu diberikan penekanan bahwa semua manusia
memiliki harkat dan
martabat yang sama. Keanekaragaman yang ada tidak boleh mendistorsi martabat seseorang
karena semua manusia sama di hadapan Allah.
Bahkan Yesus sendiri bersikap terbuka terhadap keberagaman; keselamatan diberikan bagi segala
bangsa di muka bumi.
Sikap Remaja Kristen tentang Keberagaman
Peserta didik melakukan studi
kasus melalui cerita yang diangkat dari koran setempat, lalu mereka diminta menentukan sikapnya berkaitan dengan kasus
yang diangkat. Guru membimbing peserta didik dalam kegiatan ini. Jika ada di antara peserta didik yang masih memiliki pandangan sempit terhadap
keberagaman, guru dapat meluruskan pandangan itu berpedoman pada prinsip-prinsip
Alkitab yang sudah dibahas.
Membedah Tulisan
Di sini peserta didik membahas tulisan seorang remaja berusia 14
tahun dari Nigeria yang berhasil memenangkan kompetisi karya tulis untuk orang muda dalam rangka hidup damai di tengah perbedaan. Tulisan itu
amat menyentuh hati sanubari
dan usul-usul berupa program atau kegiatan dalam tulisan tersebut amat
baik untuk coba dilakukan oleh peserta didik SMA kelas X. Setelah mempelajari tulisan tersebut, peserta didik diminta untuk menuliskan butir-butir berupa tindakan nyata yang dapat dilakukan
oleh remaja Kristen di tengah masyarakat Indonesia
yang majemuk. Dimulai
dari kegiatan yang paling sederhana, misalnya menghargai
sesama tanpa memandang perbedaan, berteman tanpa
memandang perbedaan. Apakah sudah ada upaya- upaya di kalangan remaja yang sama atau mirip dengan apa yang diusulkan oleh penulis
remaja dari Nigeria itu?
Membuat Program Kerja atau Proyek Bersama
Kegiatan ini dilakukan untuk mewujudkan solidaritas dan perdamaian di tengah masya-rakat majemuk. Bentuk proyek bisa berupa:
· majalah dinding untuk mempublikasikan tulisan-tulisan yang berisi
ajakan untuk membangun solidaritas dan perdamaian
dalam masyarakat majemuk,
· mengunjungi rumah-rumah ibadah agama lain dan mendengarkan penjelasan dari pemimpin agama setempat, melakukan kampanye perdamaian
dll.
Menulis janji atau
komitmen
Peserta didik diajak untuk mewujudkan solidaritas dan perdamaian dalam masyarakat dalam bentuk janji atau komitmen
tentang apa yang ingin mereka lakukan dalam waktu dekat untuk mencapai tujuan ini.
Penilaian dilakukan dengan tes lisan, tulisan dan penilaian karya atau produk
berupa
program kerja yang ditulis dalam langkah-langkah sistimatis
serta dapat
dilaksanakan. Penilaian sikap dilakukan dengan memperhatikan bagaimana
peserta didik melaksanakan program kerja yang telah dirumuskan.
V. Tips
Mengembangkan Pembelajaran Multikultural di dalam kelas
Ada beberapa hal yang perlu
dijadikan perhatian dalam mengembangkan pembelajaran berbasis multikultural,
diantaranya:
1.
Peran
guru dan sekolah dalam membangun paradigma Keberagamaan.
Seorang guru termasuk guru agama Kristen
merupakan salah satu faktor penting dalam mengimplementasikan nilai-nilai,
karena seorang guru yang memiliki paradigma pemahaman keberagamaan yang moderat
akan mampu untuk mengajarkan dan mengimplementasikan nilai-nilai keberagaman
tersebut kepada peserta didik di sekolah. Peran guru dalam hal ini meliputi:
Pertama, seorang guru harus mampu bersikap demokratis, artinya dalam segala
tingkah lakunya, baik sikap maupun perkataannya tidak diskriminatif (bersikap
tidak adil atau menyingung) peserta didik yang menganut agama yang berbeda
dengannya. Guru
seharusnya memiliki kepedulian yang tinggi terhadap kejadian-kejadian tertentu
yang ada hubungannya dengan agama. Selain guru,
peran sekolah juga sangat penting dalam membangun lingkungan pendidikan yang
pluralis dan toleran terhadap semua pemeluk agama. Peran
guru dan sekolah dalam menghargai keragaman bahasa. Seorang guru harus memiliki
sikap menghargai “keragaman bahasa” dan mempraktekkan nilai-nilai tersebut di
sekolah, sehingga dapat membangun sikap peserta didik agar mereka selalu
menghargai orang lain yang memiliki bahasa, aksen, dan dialek yang berbeda. Peran
guru dan sekolah dalam membangun sensitivitas gender. Dalam pendidikan
multicultural, pendidikan memiliki peran yang sangat strategis untuk membangun
kesadaran peserta didik tentang pentingnya menjunjung tinggi hak-hak perempuan
dan membangun sikap anti diskriminasi terhadap kaum perempuan.
2.
Melakukan Analisis dalam mengembangkan
model pembelajaran yang Bernuansa Multikultural
Analisis
ini dipandang penting dijadikan pertimbangan dalam
mengembangkan model pembelajaran berbasis multikultural, yang meliputi: (a)
tuntutan kompetensi mata pelajaran yang harus dibekalkan kepada peserta didik
berupa pengetahuan (knowledge),
keterampilan (skills), dan
etika atau karakter (ethic atau
disposition); (b) tuntutan belajar dan pembelajaran, terutama terfokus
membuat orang untuk belajar dan menjadikan kegiatan belajar adalah proses
kehidupan; (c) kompetensi guru dalam menerapkan pendekatan multikultural. Guru
sebaiknya menggunakan metode mengajar yang efektif, dengan memperhatikan
referensi latar budaya siswanya. Guru harus bertanya dulu pada diri sendiri,
apakah ia sudah menampilkan perilaku dan sikap yang mencerminkan jiwa
multikultural; (d) analisis terhadap latar kondisi siswa. Secara alamiah siswa
sudah menggambarkan masyarakat belajar yang multikultural. (e) karakteristik
materi pembelajaran yang bernuansa multikultural.
3.
Menetapkan Strategi Pembelajaran
Berkadar Multikultural
Pilihan
strategi yang digunakan dalam mengembangkan pembelajaran berbasis
multikultural, antara lain: strategi kegiatan belajar bersama-sama (Cooperative Learning), yang dipadukan
dengan strategi pencapaian konsep (Concept
Attainment) dan strategi analisis nilai (Value Analysis), strategi analisis sosial (Social Investigation). Beberapa
pilihan strategi ini dilaksanakan secara simultan, dan harus tergambar dalam
langkah-langkah model pembelajaran berbasis multikultural. Namun demikian,
masing-masing strategi pembelajaran secara fungsional memiliki tekanan yang
berbeda. Strategi Pencapaian Konsep, digunakan untuk memfasilitasi siswa dalam
melakukan kegiatan eksplorasi budaya lokal untuk menemukan konsep budaya apa
yang dianggap menarik bagi dirinya dari budaya daerah masing-masing, dan
selanjutnya menggali nilai-nilai yang terkandung dalam budaya daerah asal
tersebut. Dalam
pembelajaran Agama, di YP Sultan Iskandar Muda yang terdiri dari 4 Guru agama
yaitu Guru Agama Islam, Guru Agama Kristen, Guru Agama Budha dan Guru Agama
Hindhu. Kerap diadakan pembelajaran bersama tentunya materi pembelajaran umum
yang mengarahakan anak didik berperilaku baik dan benar-benar siap dalam
menapaki masa depan. Dalam hal ini setiap Guru Agama secara bergiliran
memberikan ceramah berupa pencerahan, dari pengalaman ketika melakukannya, para
peserta didik sangat tertarik karena akan menerima pencerahan dari Guru Agama
yang berbeda namun mengarah kepada kebaikan.

