Jumat, 11 September 2015

KOMPONEN-KOMPONEN PENDIDIKAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN

A. Komponen Pendidikan Secara Umum Komponen pembelajaran adalah kumpulan dari beberapa item yang saling berhubungan satu sama lain yang merupakan hal penting dalam proses belajar mengajar. Dalam dunia pendidikan pada masa kini menurut Oemar Hamalik (2005; 77) ada tujuh komponen dalam pembelajaran di mana satu dengan yang lain saling terintegrasi, yaitu: Peserta Didik, Pendidik, Metode Pendidikan, Isi Pendidikan / Materi Pendidikan, Lingkungan Pendidikan, Alat dan Fasilitas Pendidikan. Berikut akan diuraikan satu persatu komponen- komponen tersebut. 1.Tujuan Pendidikan Tingkah laku manusia, secara sadar maupun tidak sadar tentu berarah pada tujuan. Demikian juga halnya tingkah laku manusia yang bersifat dan bernilai pendidikan. Keharusan terdapatnya tujuan pada tindakan pendidikan didasari oleh sifat ilmu pendidikan yang normative dan praktis. Tujuan umum pendidikan tergantung pada nilai-nilai atau pandangan hidup tertentu. Pandangan hidup yang menjiwai tingkah laku manusia akan menjiwai tingkah laku pendidikan dan sekaligus akan menentukan tujuan pendidikan manusia. 2.Peserta Didik Peserta didik sangat menunjang dalam proses pendidikan, dengan perkembangan konsep pendidikan yang tidak hanya terbatas pada usia sekolah saja memberikan konsekuensi pada pengertian peserta didik. Kalau dulu orang mengansumsikan peserta didik terdiri dari anak-anak pada usia sekolah, maka sekarang peserta didik dimungkinkan termasuk juga didalamnya orang dewasa. 3.Pendidik Salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah pendidik. Terdapat beberapa jenis pendidik dalam konsep pendidikan sebagai gejala kebudayaan, yang tidak terbatas pada pendidik di sekolah saja. Ditinjau dari lembaga pendidikan muncullah beberapa individu yang tergolong pada pendidik. Guru sebagai pendidik dalam lembaga sekolah, orang tua sebagai pendidik dalam lingkungan keluarga, dan pimpinan masyarakat baik formal maupun nonformal sebagai pendidik dilingkungan masyarakat. 4.Metode Pendidikan Dalam interaksi pendidikan tidak terlepas dari metode atau bagaimana pendidikan dilaksanakan. Terdapat beberapa metode yang dilakukan dalam mendidik,yaitu : a. Metode Diktatoral, b. Metode Liberal, c. Metode Demokratis 5.Isi Pendidikan/Materi Pendidikan Isi pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan tujuan pendidikan. Untuk mencapai tujuan pendidikan perlu disampaikan kepada peserta didik isi/materi yang biasanya disebut kurikulum dalam pendidikan formal.Macam-macam pendidikan tersebut terdiri dari pendidikan agama, pendidikan social, pendidikan keterampilan, pendidikan jasmani dll. 6.Lingkungan Pendidikan Lingkungan pendidikan meliputi segala segi kehidupan atau kebudayaan. Hal ini didasarkan pada pendapat bahwa pendidikan sebagai gejala kebudayaan, yang tidak membatasi pendidikan pada sekolah saja. Dalam artian yang sederhana lingkungan pendidikan adalah segala sesuatu yang ada di sekeliling anak didik dan komponen-komponen pendidikan yang lain. 7.Alat dan Fasilitas Pendidikan Alat dan fasilitas pendidikan sangat dibutuhkan dalam proses pendidikan, dengan adanya fasilitas-fasilitas pendidikan maka proses pendidikan akan berjalan dengan lancar sehingga tujuan pendidikan akan mudah dicapai. Misalnya laboratorium lengkap dengan alat-alat percobaannya, internet dll. B. Komponen Pendidikan ditinjau dari Efektivitas Proses Pembelajaran PAK Mengajar dan belajar atau mendidik dan belajar bukanlah sesuatu yang tidak dinarasikan dalam Alkitab, di dalam Alkitab justru terdapat banyak bukti tentang kegiatan mengajar. Memang benar bahwa mengajar yang disebutkan di dalam Alkitab tidak harus dibayangkan secara formal seperti yang terjadi sekarang ini di dalam kelas. Walaupun demikian konsep tentang mengajar dan praktik mengajar sudah ada dalam Alkitab. Allah sendiri memulainya di taman Eden untuk dua manusia pertama, dan manusia pertama meneruskan kegiatan mendidik itu, kegiatan mendidik dan dididik (mengajar dan belajar) itu diwariskan dari generasi ke generasi manusia sepanjang zaman sampai ditemukannya praktik pendidikan secara formal dalam bentuk sekolah. Di atas telah dinyatakan bahwa kegiatan mengajar telah dilakukan oleh Tuhan dan kegitan mengajar dan belajar dipercayakan kepada manusia. Informasi Biblika mendukung pernyataan ini. Data-data itu dapat diruntut dalam ayat-ayat Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru. Ayat-ayat dalam Perjanjian Lama yang berhubungan dengan kata mengajar dapat diperhatikan dalam nats-nats ini: Kel. 4:12, 35:34, Ul. 20:18, Hak. 13:8, II Sam. 22:35, II Raj. 12:2, II Taw. 17:7,9, Ezr. 7:10, Neh. 8:9,9:20, Ayb. 4:3, 15:5, 36:2, Maz. 18:34, 32:8, 71:17, 119:102, 144:1, Kid. 8:2. Pada ayat-ayat di atas dipakai kata “mengajar”, frasa mengajar dalam ayat-ayat ini dipakai dalam beberapa pengertian yaitu dalam arti kiasan dan literal (pembahasannya dalam kajian teori bab II disertasi). Sedangkan data-data Perjanjian Lama tentang “mendidik” dapat dilihat dalam: II Raj. 10:6, Ams. 6:23, 9:7, sementara data tentang “didikan” dapat diperhatikan dalam ayat-ayat ini: Ayb. 5:17, Ams. 1:2, 3, 7,8, 3:1, 4:1, 13, 5:12, 23, 8:33, 10:17, 12:1, 13:1, 13:18, 15:5, 10, 32, 33, 19:20. Sedangkan data Perjanjian Baru tentang “mengajar” dapat dilihat dalam: Mat. 9:35, 11:1, 13:54,21:23, 26:55, Mark. 1:21, 2:13, 4:1, 6:6, 10:1, 12:35, Luk. 4:31, 5:17, 6:6, 11:37, 12:1, 13:10, 22, 20:1, 21:37, Kis. 13:43. Sedangkan data tentang “dididik/pendidik” dalam Perjanjian Baru muncul secara dua kali, yaitu Rom. 2:20 (pendidik orang bodoh), I Kor. 4:15 (beribu-ribu pendidik dalam Kristus …). Berdasarkan temuan-temuan literal dalam Alkitab tentang mengajar, mendidik dan belajar baik secara tersurat maupun tersirat menegaskan bahwa Alkitab unik dengan kitab-kitab suci lainnya. Alkitab menyentuk banyak level. Misalnya secara sejarah ada dalam Alkitab, Puisi juga terdapat dalam Alkitab, Hikmat, wahyu semuanya ada dalam Alkitab. Dengan demikian Alkitab berwibawa dalam Didakticum. Tuhan adalah pengajar utama dan pertama, Yesus Kristus Guru Agung, Roh Kudus adalah guru Multiple Intellegence. Berdasarkan efektivitas proses pembelajaran, baik secara umum maupun pendidikan keagamaan seperti Pendidikan Agama Kristen mutlak memikirkan proses pembelajaran secara mendalam. Komponen-komponen proses pembelajaran terdiri atas: 1. Tujuan Pembelajaran 2. Isi/Materi Pembelajaran 3. Metode Pembelajaran 4. Media Pembelajaran 5. Evaluasi Pembelajaran C. KOMPONEN PENDIDIKAN DALAM PERJANJIAN LAMA (PL) Salah satu Budaya Yahudi yang paling mengesankan dalam budaya Yahudi adalah perhatiannya pada pendidikan. Pendidikan menjadi bagian yang paling utama dan terpenting dalam budaya Yahudi. Semua bidang budaya diarahkan untuk menjadi tempat dimana mereka mendidik generasi muda, yang kelak akan memberi pengaruh yang besar. Obyek utama dalam pendidikan mereka adalah mempelajari Hukum Taurat. 1. Tujuan Pembelajaran Agama dalam Perjanjan Lama 1. Seluruh kebenaran adalah kebenaran Allah. Kej. 1:1 -- Segala sesuatu telah dijadikan oleh Allah dengan tujuan supaya manusia mengenal Allah dan berhubungan dengan-Nya. Cara Allah menyatakan diri adalah dengan: - Wahyu Umum : Supaya orang menyadari dan mengakui keberadaan Allah melalui alam, sejarah, hati nurani manusia. - Wahyu Khusus : Supaya manusia menerima keselamatan dari Allah. Allah berinkarnasi menjadi manusia dalam diri Yesus Kristus. 2. Menurut konsep Yahudi tidak ada perbedaan nilai antara duniawi dan rohani, semuanya ada dalam wilayah Tuhan. Itu sebabnya orang Yahudi percaya bahwa "seluruh hidup adalah suci". 3. Pendidikan berpusatkan pada Allah. Fokus utama dalam pendidikan Yahudi adalah: Yehova (Hab. 2:10 -- kegagalan campur tangan Allah adalah kegagalan bangsa.) Bagi anak Yahudi tidak ada buku lain yang memiliki keharusan untuk dipelajari selain Alkitab (Taurat) untuk menjadi pegangan dan pelajaran tentang Allah dan karya-Nya 4. Pendidikan adalah kegiatan utama dan diintegrasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam Kitab Talmud dikatakan kalau ingin menghancurkan bangsa Yahudi, kita harus membinasakan guru-gurunya. Bangsa Yahudi adalah bangsa pertama yang memiliki sistem pendidikan Nasional (Ula. 6:4-9) Pendidikan mereka tidak hanya secara teori, tetapi menjadi kegiatan sehari-hari dalam cara hidup dan keagamaannya. Contoh: Kitab Imamat yang mengajarkan semua tata cara hidup dan beragama. 2. ISI PENDIDIKAN AGAMA DIDASARKAN MENURUT ULANGAN 6:4-9 Ulangan 6:4-9 menjadi pusat pengajaran pendidikan agama Kristen. Kitab-kitab lain yang membahas tentang pendidikan bersumber dari kitab Ulangan ini. 1. Ayat 4 ("Dengarlah, hai orang Israel: Tuhan itu Allah kita, Tuhan itu Esa!") Ayat ini disebut "Shema" atau pengakuan iman orang Yahudi (agama Yudaisme) yang artinya "Dengarlah". Yesus menyebut ayat ini sebagai hukum yang pertama -- prinsip iman dan ketaatan. Memberikan konsep Allah yang paling akurat, jelas dan pendek Tuhan adalah unik, lain dengan yang lain. Dia Allah yang hidup, yang benar dan yang sempurna. Tidak ada Allah yang lain, hanya satu Allah saja. Ayat 4 ini bersamaan dengan ayat 5 diucapkan sedikitnya dua kali sehari oleh orang Yahudi dewasa laki-laki. Ayat ini diucapkan bersamaan dengan Ula. 11:13-21 danBil. 15:37-41. 2. Ayat 5 ("Kasihilah Tuhan Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.") Kasih harus menjadi motif setiap hubungan manusia dengan Tuhan. Kasih disebutkan pertama karena disanalah terletak pikiran, emosi, dan kehendak manusia. Tugas yang Tuhan berikan untuk manusia lakukan adalah kasihilah Allah Tuhanmu. Musa mengajarkan Israel untuk takut, tapi kasih lebih dalam dari takut. • Mengasihi Tuhan artinya memilih Dia untuk suatu hubungan intim dan dengan senang hati menaati perintah-perintah-Nya. • Mengasihi dengan hati yang tulus, bukan hanya di mulut tapi juga dalam tindakan. • Mengasihi dengan seluruh kekuatan, memiliki semuanya. • Mengasihi dengan kasih yang terbaik, tidak ada yang melebihi kasih kita kepada Dia, sehingga kita takluk kepada Dia. • Mengasihi dengan seluruh akal budi/pengertian, karena kita kenal Dia maka kita mengasihi dan mentaati perintah-Nya. 3. Ayat 6 ("Apa yang Kuperintahkan kepadamu hari ini haruslah engkau perhatikan.") Perintah Tuhan bukanlah untuk didengar dengan telinga saja, tapi juga dengan hati yang taat. Sebelum bertindak pikirkanlah lebih dahulu perintah Tuhan, maka hidupmu akan selamat. 4. Ayat 7 ("Haruslah engkau mengajarkan berulang-ulang "kepada anakmu" membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau bangun.") Mereka yang mengasihi Allah, mengasihi Firman-Nya dan melakukannya dengan meditasi, bertanggung jawab untuk merenungkannya dan menyimpannya dalam hati untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Orangtua mempunyai tugas untuk mengajarkan Firman-Nya kepada anak-anak dengan didikan dan harus dimulai sejak dini dan berulang-ulang. Ayat 7 ini dipakai sebagai fondasi kurikulum pendidikan Kristen. 5. Ayat 8-9 ("Haruslah juga engkau mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan haruslah itu menjadi lambang dahimu, dan haruslah engkau menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu gerbangmu.") Tulisan hukum-hukum belum menjadi milik umum, namun demikian, Allah menghendaki mereka melakukannya, supaya mereka terbiasa bergaul dengan hukum Allah. Orang Yahudi mengerti perintah ini dan melakukannya secara harafiah. Mereka mengenal 3 tanda-tanda untuk mengingat hukum Allah: a. Zizth : Dipakai/dipasang pada ujung jubah Iman (Bil. 15:37-41) b. Mezna : Kotak kecil yang berisi Ul 6:4-9 diletakkan di sebelah kanan pintu c. Tephillin : Dua kotak kecil berbentuk kubus masing-masing dari kertas perkamen yang ditulis dengan tangan secara khusus berisi 4 ayat yaitu, Keluaran 13:1-10, Keluaran 13:11-16, Ulangan 6:4-9, dan Ulangan 11:18-21. Satu diikatkan di tangan kiri dan satu di dahi. Tanda-tanda ini dipakai pada saat sembahyang di luar hari Sabat. Tanda-tanda ini sangat indah sebagai peringatan akan kehadiran Allah di rumah dan akhirnya dipraktekkan untuk mengusir setan. Tanda-tanda simbolik ini dibuat supaya penekanan pemahaman ayat itu menjadi nyata sehingga pengajaran itu akan berlangsung terus- menerus. 3. Tempat Pendidikan Anak Bangsa Yahudi Pendidikan anak Yahudi bermula di rumah. Berpangkal dari peranan seorang ibu Yahudi. Tugas kewajiban ibu adalah untuk menjaga kelangsungan hidup rumah tangga yang juga terkait erat dengan tugas rohani mendidik anak-anaknya, khususnya ketika masih balita. Jauh- jauh hari sebelum anak berhubungan dengan dunia luar, anak terlebih dahulu mendapat pendidikan dari ibunya sehingga sesudah menginjak usia remaja/pemuda ia sudah mempunyai dasar yang benar. Contoh: Melalui cerita-cerita sejarah bangsa dan hari-hari peringatan/besar. Lembaga-lembaga Pendidikan, Pada zaman ini orang tua tetaplah berperan dalam pendidikan. Akan tetapi peran orang tua dalam memberikan pendidikan bagi anak semakin berkurang. Oleh karena perubahan-perubahan yang terjadi dalam kehidupan orang Yahudi. Maka muncullah lembaga-lembaga pendidikan agama Yahudi yaitu: Sinagoge, Bet-ha-sefer (Sekolah Dasar), Beth-ha-midrash atau Beth Talmud ( Setingkat dengan SMP). Sinagoge (rumah ibadah) adalah tempat dimana orang dewasa mendapatkan pengajaran mengenai agama dalam bentuk khotbah, sedangkan Beth-ha-sefer didirikan untuk anak-anak lelaki Yahudi berumur 5 atau 6-10 tahun, dan Beth Talmud atau beth-ha-midrash untuk anak-anak lelaki umur 10 tahun – 12 atau 13 tahun sampai mereka dianggap sebagai sudah menjadi anak-anak hukum taurat. Pendidikan dalam rumah ibadat pada saat itu merupakan suatu bentuk pengajaran tentang hal-hal yang bersifat agamiah. Dalam kebaktian dalam Sinagoge ini dibagi atas lima bagian yaitu 1) Shema, yang berisi semacam pengakuan iman. Prinsip pendidikan agama Yahudi berpusat paa Ulangan 6:4-9. Dan, Ayat yang ketujuh ini dipakai sebagaiPONDASI KURIKULUM Pendidikan Agama Kristen. 2) Doa 3) Pembacaan Hukum Taurat 4) Pembacaan Nubuat 5) Bagian terakhir adalah Berkat yang diucapkan oleh pemimpin. 4. Metode Pengajaran dalam Perjanjian Lama Metode pengajaran dalam pendidikan Yahudi menitikberatkan pada penghafalan. Pertama-tama anak diajar untuk menghafal 22 huruf Ibrani. Kemudian beberapa huruf dihafal dengan rangkaian dengan huruf-huruf lain yaitu kata-kata. Pada saat itu huruf vokal masih belum dimanfaatkan. Metode pengajaran yang digunakan dalam penyampaian Agama dalam Perjanjian Lama, antara lain : 1. Metode menghafal ( Ulangan 6 :4-9 , Amsal 22:6, Mazmur 119 :11,105) 2. Metode bercerita (Yosua 4:6-7 ,bandingkan Keluaran 12:24-27). Berbagai metode lain juga digunakan oleh guru misalnya menempatkanseorang murid yang dinilai kurang dalam segi intelektual dekat dengan dengan seorang anak yang rajin dan pintar. Atau anak yang memiliki prestasi diminta untuk mengajar teman-temannya lain yang terbelakang. Bahan pelajaran juga kadang-kadang dinyanyikan oleh para murid. Perdebatan juga digunakan untuk membuat para murid semakin kritis dalam berpikir. 5. Peserta Didik dalam Perjanjian Lama Pada masa itu tidak ada tempat bagi pendidikan anak-anak perempuan, kecuali keterampilan yang diajarkan ibunya untuk dapat melaksanakan tugas-tugas khusus wanita dan contohnya seperti keterampilan dalam memasak dan pekerjaan-pekerjaan rumah lainnya. Mengapa pada masa itu tidak diadakan pendidikan khusus bagi kaum perempuan? Karena kaum-kaum perempuan pada masa itu dianggap kurang mampu untuk melakukan atau memikirkan hal-hal yang bermakna. Oleh karena itu mengapa pendidikan juga diperlukan pada masa itu? Tentang usaha-usaha pengkhotbah mencari orang-orang yang mampu dan bijaksana saja, kesimpulannya ialah “ Ku dapati seorang laki-laki di antara seribu, tetapi tidak kudapati seorang perempuan di antara mereka” (Pkh 7:26). Tetap lebih parah lagi, watak perempuan terisi dengan keinginan menjatuhkan laki-laki (Pkh 7:26). Para laki-laki pada zaman PL merasa sangat bangga karena telah dilahirkan sebagai laki-laki, karena kedudukan seorang laki-laki pada masa ini sangat jauh dari kedudukan perempuan. Maka tidak mengherankan lagi jika mendengar para pria dewasa yang saleh memanjatkan doa yang teramat angkuh dan picik, karena mereka merasa bahwa mereka yang paling layak di hadapan Tuhan di bandingkan dengan kaum perempuan. Ben:Azzai, seorang bujangan, berpendapat bahwa seorang ayah wajib mengajarkan Taurat kepada anak perempuan. Sungguhpun anak-anak perempuan tidak memperoleh tempat dalam sistem persekolahan Yahudi, namun di sana-sini, mesti ada seorang ayah atau suami yang lebih sayang kepada anaknya atau isterinya dan berusaha mengajarnya. Jika pengajaran tidak dilakukan oleh seorang ayah, bagaimana caranya menjelaskan pelbagai Amsal yang mengayang dijanjikan, permulaan kerajaan dan kesaksian para kaum nabi tentang kecenderungan umat Israel yang menyeleweng persyaratan yang termuat dalam perjanjian. Dalam pokok tersebut tersirat pula bimbingan menuju perilaku yang sesuai dengan panggilan umat Israel. 6. Pengajar Pendidikan Agama dalam PL Allah sendiri sebagai pemrakarsa dan pengajar utama Pendidikan Agama dalam Perjanjian Lama (Hos.11:1-4). Dalam mengajar umat-Nya, Allah sering menggunakan empat golongan Pemimpin orang Israel, yakni: Para Imam (Bil. 3), Para Nabi (Yunus, Mikha, dsb), Kaum Bijaksana (Ams. 1-2, 6:1), dan Kaum Penyair (Mazmur). Disamping mereka, dalam mengajar kepada setiap keluarga dijalankan oleh Kepala Keluarga yaitu Suami dan Istri atau orang tua dari anak-anak. Anak laki-laki orang Yahudi juga mendapatkan pendidikan formal dalam sekolah Yahudi. Sedangkan anak-anak perempuan mendapatkan pengajaran dari Ayah mereka. D. KOMPONEN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM PERJANJIAN BARU Dalam pendidikan agama dalam PB ada beberapa prinsip yang perlu diketahui yaitu: 1. Tujuan mengajar/pendidikan 2Tim 3:1,untuk mengkomunikasikan 2. Mengajar adalah perintah Allah. Mat 28:16-20 3. Mengajar adalah tindakan intervensi Allah Tit 2:11-12 —>untuk mengalami proses pendidikan untuk meneruskan kepada orang lain 4. Pendidikan harus diajarkan sejak dini 2Tim 3:15, #Mr 10:13-16 5. Keterlibatan manusia seutuhnya Mr 12:30-31 6. Pengajar-pengajar dituntut orang yang berkualitas (Panggilan) 1Kor 12:28 KOMPONEN PAK DALAM PERNJANJIAN BARU Komponen adalah suatu sistim yang memiliki peran dalam keseluruhan berlangsungnya suatu proses untuk mencapai sebuah tujuan. Dan komponen dalam Pak meliputi 1. GURU DALAM PB Apabila kita hendak menyelidiki soal pendidikan agama dalam hubungan Perjanjian Baru, tentu saja pertama-tama dan khususnya kita harus mengarahkan pandangan kita kepada Tuhan Yesus sendiri. Di samping jabatan-Nya sebagai Penebus dan Pembebas, Tuhan Yesus juga menjadi seorang Guru yang agung. Keahlian-Nya sebagai seorang guru umumnya diperhatikan dan dipuji oleh rakyat Yahudi; mereka dengan sendirinya menyebut Dia "Rabbi". Ini tentu suatu gelar kehormatan, yang menyatakan betapa Ia disegani dan dikagumi oleh-orang sebangsanya sebagai seorang pengajar yang mahir dalam segala soal ilmu keTuhanan. Sebab Ia mengajar mereka "sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat yang biasa mengajar mereka" (Mat 7:29). a. YESUS KRISTUS GURU AGUNG • Yesus disebut guru : 43 x (Injil) ; Yesus disebut rabi : 14 x Mengajar adalah bisnis utama Yesus • Tahu materi yang diajarkan • Tahu bagaimana cara mengajarkannya • Mengajar dengan integritas • Sistem permuridan Mark. 5: 3;Luk. 8:9 ; 10:24; 6:1) • Belajar / mendengar / bercerita • Yesus Sebagai Guru Besar • Yesus diingat/ dipuja orang karena : Penyembuh ; Pembuat Mujizat ; Guru • Yesus mengajar dengan kuasa (otoritas dari Allah) Kehadiaran kuasa Anak Allah mewarnai ke 4 injil = Matius 7 : 28-29 b. PAULUS Rasul Paulus juga seorang guru yang ulung. Ia benar-benar tokoh penting di lapangan pendidikan agama. Paulus sendiri dididik untuk menjadi seorang rabbi bagi bangsanya. Ia mahir dalam pengetahuan akan Taurat, dan ia dilatih untuk mengajar orang lain tentang agama kaum Yahudi. Setelah Yesus memasuki hidupnya, Paulus menjadi seorang hamba Tuhan yang terdorong oleh hasrat yang berapi-api untuk memashurkan nama Tuhan Yesus itu. Ke mana pun Paulus pergi, segala kesempatan dipergunakannya untuk mengajar orang Yahudi dan kaum kafir tentang kehidupan bahagia yang terdapat dalam Injil Yesus Kristus. Paulus berkhotbah di hadapan imam-imam dan rabi-rabi Yahudi, dan di hadapan rakyat jelata di segala kota dan desa yang dikunjunginya. Ia mengajar raja-raja dan wali-wali negeri, orang cendekiawan dan kaum budak, orang laki-laki dan kaum wanita, orang Asia, orang Yunani, orang Romawi, singkat kata, segala golongan manusia telah ditemuinya pada perjalanannya yang banyak dan panjang itu. Paulus mengajar di rumah-rumah tempat ia menumpang, di gedung-gedung yang disewanya, di lorong-lorong kota atau di padang-padang, di atas loteng dan dalam bengkelnya, di pasar dan dalam kumpulan kaum filsuf. Tak ada tempat yang dianggapnya kurang layak untuk menyampaikan beritanya tentang Juruselamat dunia. Rasul Paulus juga banyak mengajar melalui surat-surat. Segala soal dan kesulitan yang muncul dalam jemaat-jemaat yang didirikannya itu, ataupun yang timbul di antara kaum Kristen yang belum dikunjunginya. 2. MURID Dikatakan tentang pengikut seorang pemimpin atau pengajar, seperti Yohanes Pembaptis dan orang Farisi (Mr 2:18). Khususnya dimaksudkan para pengikut Tuhan Yesus: mula-mula dua belas orang, kemudian semua orang Kristen. Sekalian bangsa harus dijadikan murid Yesus (Mat 28:19) (Ibrani limmud; Yunani mathetes; Latin discipulus, artinya 'murid' atau 'pelajar').Kata ini terdapat di PL dalam 1 Taw 25:8; Yes 8:16; 50:4; 54:13. hubungan guru -- murid termasuk ciri umum dunia kuno; di situ para filsuf Yunani dan para rabi Yahudi mengumpulkan sejumlah murid atau pelajar baginya. Di luar Kitab Injil, kata itu hanya terdapat dalam Kis dengan arti orang-orang percaya, yg mengaku Yesus sebagai Mesias 6:1, 2, 7; 9:36 (bentuk permathetria); 11:26. Bentuk kata kerja matheteuo, artinya, 'menjadi murid', 'menjadikan seorang lain menjadi murid', terdapat dalam Mat 27:57; 28:19 3. Metode Pengajaran PAK dalam PB Metode yang digunakan dalam Pernjanjian baru kita berangkat dari pola pengajaran yang sama dengan pola pengajaran Yesus. Sangat sulit untuk menemukan bahwa Yesus menggunakan hal yang sama dalam cara yang sama. Seseorang membaca Kitab Suci dengan harapan untuk menemukan apa yang selanjutnya akan dilakukan dan dikatakan oleh Yesus. Kita melihat kekreativitasan-Nya seperti berikut ini 1. METODE TELADAN Yesus mengajar melalui hidup-Nya. Yesus mengajar dengan cara memberi teladan. Yesus mengajar dengan cara mensharingkangayahidup-Nya. Yesus mengajar dengan cara menunjukkan hubungannya dengan Bapa/ membagikan hidup-Nya Salah satu contoh saja : Yesus tidak mengenal lelah…berjalan berkeliling di seluruh Galilea (Mat 4:23), murid-murid-Nya melihat keseharian yang seperti itu. Lemah Lembut dan Rendah Hati (Mat 11:29-30 2. METODE EMOSI Yesus tidak segan-segan memperlihatkan emosinya dalam mengajarkan sebuah kebenaran, ia tidak JAIM / Jaga Image. Ia pernah marah (Luk 19:46), Ia pernah terharu saat melihat Maria menangis atas kematian Lazarus, saudaranya, Mat 11: 33, Ia mengajar dengan empaty/ belas kasihan ( Mat 9:36, Mat 15: 32), Ia bahkan menangisi Yerusalem Lukas 13: 34 3. METODE ORANG Yesus mengajar dengan cara membiarkan Petrus meniru Dia, berjalan di atas air (Mat 14: 22-33), Yesus mengajar dengan cara berdiskusi/ tanya jawab ( Hal Berpuasa Mat 9: 14-17, Mat 15:13-20),, Yesus memakai anggota tubuh yaitu rambut sebagai ilustrasi Mat 10: 29-31 4. METODE TULISAN SASTRA / KARYA SENI TULIS a. Yesus mengajar dengan cara PUISI (Kotbah di Bukit Mat 5:3-12) b. Yesus mengajar dengan CERPEN / cerita pendek ( Anak yang hilang Luk 15:13) c. Yesus mengajar dengan cara mendiktekan sebuah karya tulis seni / NARASI DOA (Doa Bapa Kami Mat 6: 9-13) d. Yesus mengutip PL, nubuatan nabi Yesaya, yang berupa NARASI ( Mat 13:14-15) e. Yesus menyebut-nyebut mengenai hukum taurat (sebuah karya tulis) dan menjelaskan korelasinya dengan diri-Nya Mat 5: 17-48 5. METODE GAMBAR Yesus memakai gambar yang ada di mata uang, untuk menjawab pertanyaan orang Farisi (Matius 22:20), Logo Salib Ef 2: 16 6. METODE VISUAL Melihat Burung pipit Mat 10: 29-31, untuk menjelaskan Perlindungan Tuhan atas hidup kita, Yesus mengajar dengan cara pengamatan ( burung pipit, bunga bakung Mat 6: 26, 28-30, untuk menjelaskan pemeliharaan-Nya atas hidup kita,buah dan pohon Mat 12: 33-34, Mat 16:1-4 untuk menjelaskan hubungan antara hati dan ucapan yang meluap dari hati) 7. METODE BENDA TIGA DIMENSI a. Yesus mengajar dengan cara eksperimen ( Pelita Mat 5: 15) b. Yesus mengajar dengan menggunakan alat peraga (Garam dan Terang Mat 5: 13-16, selumbar dan balok dalam mata dalam topic : hal penghakiman Mat 7: 1-5, c. Petrus memegang ikan dan uang logam emas (Mat 17:27) d. Yesus memberi makan 5000 orang ( Mat 6: 30-44) dengan melipatgandakan 5 roti dan 2 ikan. 8. METODE BAHASA TUBUH Yesus mengajar dengan cara dramatis ( saat Ia memperagakan sambil menunjuk kea rah murid-murid-Nya untuk menjelaskan siapa sebenarnya yang dapat dikategorikan sebagai ibu dan saudara-saudara-Nya. Mat 12:46-50).Dia disalibkan ganti kita Efesus 2: 16Yesus mengajak murid-murid-Nya TOUR dari desa ke desa, darikotakekota, dengan olah raga utama : Gerak Jalan. Luk 13:22 9. METODE AUDIO Yesus mengajar dengan cara ceramah (Yesus dan Hukum Taurat. Mat 5: 17-48)Yesus mengajar dengan cara memberi pesan praktis/ Juklak/ Petunjuk Pelaksanaan/ prosedur standart (Mat 10:5-15) Yesus mengajar dengan cara mengajak dua orang buta mengadakan pengakuan percaya/pengakuan iman / memeperkatakan kalimat iman ( Mat 9: 28-30), saat itulah mereka yang buta itu diajak membayangkan/ mengimajinasikan sebuah kesembuhan. 10. METODE ILUSTRASI Yesus mengajar dengan cara bercerita ilustrasi /perumpamaan yang mengandung makna tertentu ( perumpamaan tentang seorang penabur Mat 13: 1-9, perumpamaan lalang dan gandum Mat 13:36-43), Yesus mengajar dengan cerita ilustrasi yang menarik ( Anak yang hilang Luk 15:13) 11. METODE SENTUHAN Yesus menjamah orang kusta tanpa segan -segan (Mat 8:3), Yesus berkunjung / besuk ke rumah IbuMertua Petrus,Iamenjamah tangan ibu mertua Petrus Mat 8: 14-16), Petrus memegang ikan hasil pancingannya untuk membayar pajak. (Mat 17:27), Yesus mengajar dengan memberi sentuhan (Mat 14:36) Dan banyak lagi metode yang digunakan Yesus sebagai guru, dengan mengunakan music, mengunakan game/permainan dan sebagainya. Dia memang guru yang sangat kreatif 4. MEDIA/FASILITAS PAK DI PERNJANJIAN BARU Media dalam pengertian sehari-hari bisa berupa sebuah yang memiliki suatu fungsi untuk menyampaikan suatu pesan kepada penerima yang lain, kata media juga berasal dari kata latin yaitu “Medius” yang berarti secara harfiah yaitu tengah, perantara atau pengantar. jadi media adalah sebuah perantara antara bagian yang satu ke bagian yang lain, agar pesan tersebut sampai kepada bagian yang lain. Puncak dari pengunaan Media Pendidikan, Dia mengunakan DIRINYA sendiri sebagai contoh yang sulit dilupakan dengan menjalani jalan salib yang penuh penderita yang mencengkam kehidupan para murid-Nya yang masuk kedalam kematian dan kebangkitan dan kenaikan kesorga dan menberikan Roh Kudus sehingga sangat efektif mengajar para murid sehingga para murid mampu bukan hanya menyerap pelajaran dari Yesus Guru Agung melainkan memampukan mereka untuk mengajar generasi-generasi berikutnya yang sangat konkret dengan pengalaman yang berkesan sampai dapat maraih hal-hal abstrak dari proses media penbelajaran yang menyentuh setiap level dari kerucut pengalaman. 5. KURIKULUM PAK Kurikulum direncanakan untuk menolong, bukan untuk dijadikan wewenang tertinggi. Alkitablah yang harus dipandang sebagai wewenang tertinggi, bukan buku pedoman. Meskipun demikian, perlu dipahami beberapa ciri khas penting yang merupakan kekuatan sebuah kurikulum: harus didasarkan kepada: 1. Pandangan yang benar mengenai Alkitab Pandangan benar mengenai Alkitab ialah, bahwa seluruh isi Alkitab baik Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru diinspirasikan oleh Roh Allah sendiri. Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran." (2 Timotius 3:15-16) 2. Meliputi sebanyak mungkin isi Alkitab Alkitab adalah Firman Tuhan yang merupakan sumber dari segala sumber pengajaran Kristen. Memang ada bagian-bagian dari Firman Tuhan yang tidak dapat diceritakan begitu saja, sehingga khususnya untuk anak, terlebih dahulu diajarkan kitab-kitab sejarah, kitab-kitab Injil dan Kisah Para Rasul. 3. Sedekat mungkin dengan pengertian/umur anak Meskipun Alkitab dikarang menurut pengertian orang dewasa, kebanyakan dari isinya dapat diajarkan kepada anak-anak sebagai "susu yang murni". Artinya, bahan dapat disederhanakan dan disajikan dalam bentuk cerita sesuai dengan pengertian dan tingkat perkembangan anak. Bahan pelajaran Alkitab untuk Anak Batita dan Anak Kecil disusun dengan pengertian, bahwa mereka sama sekali belum sadar akan perkembangan sejarah. Mereka tidak tahu bahwa Abraham hidup sebelum Zakheus; bahwa peristiwa Perjanjian Lama mendahului peristiwa yang diceritakan dalam Perjanjian Baru. Karena itu, kurikulum untuk mereka sebaiknya diisi dengan cerita-cerita yang disajikan di bawah satu tema bulanan yang berpusat pada pengalaman mereka, seperti hidup dalam keluarga, penciptaan dan pemeliharaan Allah. Cerita-cerita di bawah tema itu dapat diambil dari Perjanjian Lama atau dari Perjanjian Baru, selama mendukung pokok yang dipilih sebagai tema. 4. Memberi kesukaan belajar melalui variasi metode Variasi menggunakan alat peraga sebagai media mengajar juga diperhatikan, sehingga tidak hanya satu jenis alat peraga yang dipakai secara terus menerus (misalnya gambar atau gambar flanel). Konsep Kurikulum menurut Alkitab. Berdasarkan pemikiran di atas, maka penulis menguraikan kurikulum dalam Alkitab menurut beberapa aspek berikut: 1. Perencanaan atau Penetapan Tujuan Alam semesta serta isinya tidak diciptakan begitu saja tanpa tujuan. Jika melihat proses penciptaan dalam Kejadian pasal 1 dan pasal 2 maka sangat jelas bahwa proses penciptaan berlangsung sistematis dan berdasarkan suatu konsep perencanaan. Jika ditinjau lebih jauh, maka sistematika penciptaan menuju pada suatu tujuan tertentu yaitu pada penciptaan manusia. 2. Materi atau pokok bahasan Alkitab pada zaman penulisannya merupakan suatu proses dan karya Allah untuk menegur, mengingatkan, menyelamatkan dan banyak lagi kata kerja lainnya yang dilakukan Allah untuk membawa kembali manusia dalam persekutuan dengan Dia. Jadi dapat dikatakan bahwa materi dari kurikulum Allah adalah firman Allah sendiri. 3. Proses penyampaian Proses penyampaian materi dalam dalam Alkitab terdiri dari beragam metode. Hal ini dapat dilihat dalam Ibrani 1:1-2. Metode yang dipakai Allah sangat beragam dan bisa dibilang sangat kreatif dan kontekstual. Ketika Allah menyampaikan materi pertama kepada Adam, Dia menggunakan metode dialog langsung. 4. Evaluasi Secara umum, Alkitab merupakan evaluasi terhadap karya Allah. Sejak awal penciptaan Allah senantiasa mengevaluasi hasil karya-Nya. Dan hasilnya adalah sungguh sangat baik (Kejadian 1:31). Sistem evaluasi dalam Alkitab memegang peranan penting. Melalui evaluasi maka Sang Pencipta memperikan reward maupun punishment. Selain Allah mengevaluasi umat-Nya, Allah juga mengevaluasi bangsa lain (Daniel 5:24-28). Dalam Injil, Yesus juga mengevaluasi murid-murid-Nya setelah PPL (Lukas 10:17-24).